Minggu, 28 September 2014

KONFLIK & INTEGRASI SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat, konflik merupakan hal yang wajar dan biasa, karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan ketika kepentingan antara satu individu dengan individu lain ataupun kepentingan kelompok dengan kelompok lain saling berbenturan maka terjadilah konflik.
Pada dasarnya, munculnya konflik tidak bisa lepas dari kehidupan suatu masyarakat, karena konflik adalah merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihilangkan dalam suatu interaksi sosial. Konflik hanya dapat dikendalikan dan diminimalisasi saja, sehingga konflik yang timbul tidak sampai stadium lanjut yang mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam hal ini, integrasi selalu menjadi harapan dan dambaan untuk mampu meminimalisasi permasalahan yang timbul akibat konflik sosial tersebut.
Oleh Karena itu, penulis tertarik untuk mencoba membahas masalah ini kedalam paper yang berjudul “konflik dan intregrasi sosial dalam masyarakat”

 
B.     Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan pembahasan maka perlu kiranya penulis merumuskan sebagai berikut:
1.      Apa faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial?
2.      Apa dampak terhadap terjadinya konflik dalam masyarakat?
3.      Bagaimanakah cara penyelesaian konflik?
      4.   Bagaimana integrasi sebagai media pencegah konflik?
C.    Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan paper ini ada beberapa bahasan yang perlu dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya konflik
2.      Untuk mengetahui dampak terjadinya konflik dalam masyarakat
3.      Untuk mengetahui cara penyelesaian konflik
4.      Untuk mengetahui bagaimana integrasi sebagai media pencegah konflik

D.    Jenis Penelitian
Dalam paper ini penulis membahas dengan cara penelitian kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan dalam paper ini. Karna itu peneliti ini termasuk ini termasuk jenis peneliti pustaka
 (Library Research).


E.     Metode Pengumpulan Data
Adapun dalam penelitian paper ini, penulis menggunakan metode dokumentasi yaitu membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan paper ini sehingga penulis dapat mengumpulkan bahan-bahan atau data-data yang selanjutnya dianalisis guna memperoleh pemecahan masalah.

F.     Metode Analisa Data
Dalam usaha penyusunan paper ini penulis menggunakan analisis sebagai berikut:
1.      Metode Induktif
Yaitu metode yang berawal dari hal yang bersifat khusus kemudian dijadikan pada pembahasan yang bersifat umum.
2.      Metode Deduktif
Yaitu suatu pembasan yang berawal dari hal yang bersifat umum kemudian dijadikan pada pembahasan yang bersifat khusus.

G.    Sistematis Pembahasan
Untuk mempermudah paper ini maka penulis menulis sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa data, sistematika pembahasan.
BAB II : KONFLIK DAN INTREGRASI
Bab ini merupakan landasan teori yang meliputi definisi konflik, definisi integrasi, bentuk-bentuk konflik dan integrasi sosial.

      BAB III : KONFLIK DAN INTREGRASI SOSIAL DALAM MASYRAKAT
Pada bab ini penulis akan menguraikan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial, dampak terjadinya konflik dalam masyarakat, cara penyelesaian konflik, integrasi sebagai media pencegahan konflik.

       BAB IV : PENUTUP
                        Bab ini meliputi kesimpulan, saran-saran dan Penutup.


BAB II
KONFLIK DAN INTEGRASI

A.    Definisi Konflik
Konflik pada umunya merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu konflik (pertentangan) ini timbul karena adanya persaingan antar individu maupun antar kelompok, selain itu konflik bisa juga muncul karena adanya perbedaan emosi atau perbedaan pendapat antarorang-orang dalam suatu interaksi sosial. Oleh karenanya konflik merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihilangkan dalam suatu interaksi sosial, yang bisa dilakukan hanyalah meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari konflik itu sendiri.
Seorang tokoh sosiologi Indonesia bernama Soerjono Soekanto mendefinisikan konflik sebagai suatu pertentangan atau pertikaian. Apabila dijabarkankan secara lebih mendalam maka konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan, yang adakalanya disertai dengan ancaman dan kekerasan. Apabila ditinjau dari aspek bahasa (etimologis), konflik berasal dari bahasa asing configure yang berarti saling memukul.
Berikut ini terdapat beberapa tokoh teoritis konflik yang memberikan definisi dari sudut pandang masing-masing.
  1. Berstin (1965)
Menurut Berstin, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
  1. Robert M.Z. Lawang
Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, dimana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tapi juga untuk menundukkan saingannya.
  1. Ariyono Suyono
Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
  1. James W. Vander Zanden
Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan atau menyisihkan lawan mereka.
            Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya. Konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembahasan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.

B.     Definisi Integrasi
Integresi dalam masyarakat merupakan suatu keadaan yang dicita-citakan. Integrasi dalam masyarakat akan terwujud apabila seluruh anggota masyarakat mampu mengendalikan prasangka yang ada sehingga konflik dan dominasi golongan mayoritas terhadap minoritas tidak terjadi.
Kata intregrasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris intregration  yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Integrasi berarti juga proses pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Intregrasi diri merupakan wujud dari diri seorang yang utuh, bulat, dan seimbang serta jujur dan dapat dipercaya. Maurice Duverger (1881) memberikan definisi sebagai berikut: Integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyrakat. Paul B. Hurton menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu pengembangan masyrakat di mana segenap kelompok ras dan etnis mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
Dalam kehidupan bersama manusia, intregrasi selalu menjadi dambaan dan harapan. Oleh karena itu, intregrasi diusahakan untuk tumbuh dan senantiasa dijaga kelangsungannya. Integrasi social adalah proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilakn suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.  (Tim Sosiologi, 2004:16)

C.    Bentuk-bentuk Konflik dan Integrasi Sosial
a.       Bentuk-bentuk konflik
Berbagai bentuk konflik yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat sebagai berikut
1.      Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan-pertantangan yang terjadi antara orang-perorangan. Masalah yang menjadi dasar perlawanan konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Bisanya hal itu terjadi karena diantara dua orang sudah tidak ada rasa simpati dan tidak lagi saling menyukai.
2.      Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna diantara ras yang lainnya.
3.      Konflik Politik
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut ketidaknyamanan atau ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering mengakibatkan konflik antar masyarakat. Konflik politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun diantara Negara-negara yang berdaulat.
4.      Konflik Antarkelas Sosial
Merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut.
5.      Konflik Internasional
Yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok Negara (blok) karena perbedaan kepentingan
6.      Konflik Antarkelompok
Konflik yang terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing.
( Budiyono, 2009: 49-51 )
b.      Bentuk-bentuk integrasi
1.      Integrasi Normatif
Yaitu suatu bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2.      Integrasi Fungsional
Yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat


3.      Integrasi Koersif
Yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya kekuasaan pemimpin
                  (Noviana Rahmawati, dkk. [tt]: 51)



 








BAB III
KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT

A.    Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya konflik sosial, yaitu sebagai berikut:
  1. Perbedaan Individu
Dalam diri setiap manusia memiliki karakteristik yang khas dan unik, dimana keunikan yang dimiliki menjadi pembeda antara manusia satu dengan manusia yang lain. Melalui perbedaan karakter tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan pandapat dan sudut pandang dalam menilai sesuatu, oleh karenanya akan memungkinkan terjadinya pertentangan dan ketidakselarasan dalam interaksi yang dilakukan, hal inilah yang menimbulkan konflik. Namun sesungguhnya perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu dalam suatu masyarakat tidak harus menjadi faktor pemicu konflik, sebaliknya, perbedaan yang ada bisa menjadi pelengkap untuk saling mengisi kekurangan masing-masing orang yang terlibat dalam proses sosial tersebut.
  1. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
11
 
Setiap masyarakat pastilah memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat lain. Hal ini disebabkan kebudayaan tersebut berbeda pada tempat dan kondisi tertentu. Dalam kehidupan yang lebih luas, tiap-tiap kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda-beda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan-perbedaan inilah yang memungkinkan terjadinya konflik sosial. Hal ini disebabkan kriteria tentang baik buruk, pantas atau tidak pantas maupun berguna atau tidak bergunanya sesuatu, baik itu berupa benda fisik maupun nonfisik berbeda-beda menurut pola pikir masing-masing yang didasarkan pada latar belakang budaya yang dianut.
  1. Perbedaan Kepentingan
Setiap manusia pastilah memiliki kepentingan, dan kepentingan pada tiap individu pastilah berbeda-beda. Perbedaan kepentingan pada masing-masing memungkinkan munculnya konflik. Konflik akibat adanya perbedaan kepentingan dapat menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya, dapat pula terjadi antar kelompok ataupun antar kelompok dengan individu. Misalnya konflik yang terjadi pada buruh dan pengusaha.
  1. Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat
Perubahan nilai terjadi pada setiap masyarakat dimana nilai-nilai sosial, nilai kebenaran, kesopanan, maupun nilai matrial suatu benda mengalami perubahan, sehingga perubahan adalah hal yang lazim terjadi.
Namun, apabila perubahan nilai berlangsung dengan cepat dan mendadak, maka akan menimbulkan guncangan terhadap proses-proses sosial dalam masyarakat, bahkan dapat terjadi perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan. (Novianan Rahmawati, dkk.[tt]: 45)
B.     Dampak Terhadap Terjadinya Konflik Dalam Masyarakat
Dalam suatu interaksi sosial konflik selalu ada dalam kehidupan masyarakat. Konflik merupakan salah satu unsur interaksi. Walaupun konflik selalu dikonotasikan negatif karena tidak jarang menimbulkan perpecahan, namun tidak dapat dikatakan bahwa konflik selalu berakibat tidak baik. Artinya, konflik juga dapat menyebabkan kelestarian kelompok.
Akibat konflik sosial dalam masyarakat ada yang bersifat positif dan adapula yang bersifat negatif.
  1. Akibat Negatif Dari Konflik
a.       Goyang dan retaknya persatuan kelompok apabila terjadi konflik antargolongan dalam suatu kelompok.
b.      Menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stres, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang tidak tahan menghadapi suatu konflik.
c.       Mematikan semangat kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa.
d.      Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Hal tersebut terjadi apabila konflik telah mencapai pada tahap kekerasan, seperti perang, bentrok antar kelompok masyarakat, dan konflik antar suku bangsa.
e.       Munculnya akomodasi, dominasi, dan takhluknya salah satu pihak.
Keadaan tersebut akan muncul apabila ada tanda-tanda sebagai berikut:
1)      Akomodasi akan muncul apabila kekuatan pihak-pihak yang bertentangan seimbang
2)      Dominasi akan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan antara kekuatan-kekuatan pihak yang mengalami konflik
3)      Munculnya kekuatan-kekuatan dari pihak yang mendominasi konflik akan menyebabkan takutnya salah satu pihak terhadap kelompok pemenang
  1. Akibat Positif Dari Konflik
a.       Bertambahnya solidaritas interen dan rasa in group suatu kelompok. Apabila terjadi pertentangan antar kelompok, solidaritas antar anggota masing-masing kelompok akan meningkat sekali. Solidaritas didalam suatu kelompok yang pada situasi normal sulit dikembangkan akan berlangsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan  pihak-pihak luar.
b.      Memudahkan kepribadian individu. Hal itu terjadi apabila ada konflik-konflik antar kelompok. Individu-individu dalam tiap-tiap kelompok akan mengubah kepribadiannya untuk mengidentifikasikan dirinya secara penuh dengan kelompknya.
(Budiono, [tt]: 59-60)

C.    Penyelesaian Konflik
Adanya perbedaan kepentingan yang berlawanan antarkelopok membuat kelompok-kelompok tersebut senantiasa dalam situasi konflik. Konflik yang merupakan gejala kemasyarakatan akan senantiasa melekat dalam kehidupan masyarakat dan tidak mungkin dilenyapkan. Konflik akan lenyap apabila masyarakat tersebut lenyap pula. Dengan demikian, yang dapat dilakukan adalah mengendalikan konflik dalam masyarakat agar tidak mengarah pada kekerasan.
Dalam proses pengendalian konflik yang terjadi didalam kehidupan sosial masyarakat, haruslah diadakan usaha-usaha untuk mengendalikan konflik tersebut yaitu dengan akomodasi.
Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut:
1.      Konsiliasi (Conciliation)
Konsiliasi merupakan media pengendalian konflik sosial yang utama. Konsiliasi dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang mengondisikan berlangsungnya diskusi dan pengambilan keputusan diantara pihak-pihak yang berlawanan mengenai persoalan-persoalan yang dipertentangkan.
2.      Mediasi (Mediation)
Mediasi adalah pengendalian konflik dengan mendatangkan mediator dan dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasihat maupun pertimbangan-pertimbangan mengenai bagaimana sebaiknya mereka menyelesaikan konflik yang terjadi. Dalam proses mediasi, mediator (pihak III) tidak berwenang untuk mengambil keputusan penyelesaian masalah yang akan ditempuh.
3.      Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi adalah bentuk pengendalian konflik yang dipergunakan apabila mediasi tidak tercapai sebagai penyelesaian konflik. Arbitrasi sering disebut perwalian dan dilaksanakan dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak yang bertentangan untuk menerima atau dengan terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
4.      Kompromi (Compromisme)
Kompromi adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat pertentangan saling mengurangi tuntutannya sehingga tercipta suatu penyelesaian atas perselisihan yang terjadi. Syarat utama untuk melaksanakan kompromi adalah kerelaan untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya.
5.      Koersi (Coercion)
Koersi adalah bentuk akomodasi yang dilaksanakan karaena adanya paksaan. Koersi merupakan bentuk akomodasi yang berlangsung ketika salah satu pihak yang bertikai berada dalam keadaan lemah dan sebaliknya.
6.      Toleransi (Tolerance)
Toleransi adalah sebuah akomodasi tanpa persetujuan formal, sehingga pihak-pihak yang bertentangan sedapat mungkin menahan diri untuk menghindari terjadinya perselisihan nyata.
7.      Statemat
Statemat adalah akomodasi yang pihak-pihak bertentangan tidak mungkin maju atau mundur. Hal itu terjadi karena mereka mempunyai kekuatan yang seimbang.
8.      Ajudikasi (Adjudication)
Ajudikasi adalah penyelesaian perkara atau sengketa di lembaga pengadilan.
9.      Konvertion
Konvertion adalah bentuk akomodasi yang sering dihubungkan dengan keagamaan,sehingga salah satu pihak yang bersengketa dapat menerima pandangan dari pihak lainnya.
10.  Displacement
Displacement adalah bentuk akomodasi untuk mengakhiri konflik dengan cara memindah perhatian pada objek baru secara bersama-sama dari pihak-pihak terkait.
      (Muh Fahrudin, [tt]: 41-42)




D.    Integrasi Sebagai Media Pencegah konflik
1.      Hakikat Integrasi Sosial
Integrasi merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
William F. Ogburm dan Meyer Nimkoff menyebut adanya beberapa syarat keberhasilan suatu integrasi sosial, yaitu sebagai berikut:
a.       Anggota masyarakat merasa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan satu dengan yang lain, sehingga kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan kebutuhan sosialnya telah dapat dipenuhi oleh budayanya. Terpenuhinya kebutuhan ini menyebabkan masyarakat merasa perlu untuk saling menjaga keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
b.      Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi.
c.       Norma-norma dan nilai sosial sudah berlaku cukup lama dan dijadikan secara konsisten serta tidak mudah mengalami perubahan, sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan proses interaksi sosial.
Integrasi menjadi salah satu media untuk meminimalisir pengaruh negatif dari keanekaragaman kelompok sosial dan budaya. Para penganut fungsionalisme struktural menyatakan bahwa sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan sebagai berikut:
a.       Masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus diantara sebagian besar anggota masyarakat.
b.      Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat secara bersamaan menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross cutting affiliations). Sehingga konflik yang terjadi diantara suatu kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan dapat segera dinetralkan dengan adanya loyalitas ganda (cross cutting loyalities) dari para anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
2.      Faktor-faktor Pendorong Integrasi
Integrasi dapat dicapai dengan adanya faktor-faktor sebagai berikut:
a.       Adanya rasa toleransi, saling menghormati, dan tenggang rasa
b.      Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi bagi kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda
c.       Sikap saling menghargai orang lain beserta kebudayaannya
d.      Meningkatnya solidaritas sosial yang dipengaruhi intensifnya kerja sama kelompok dalam masyarakat menghadapi kejadian bersama
e.       Fungsi pemerintahan yang makin berjalan baik dan bijaksana terutama yang menyentuh masyarakat bawah
f.       Persamaan unsur-unsur kebudayaan
g.      Perkawinan campuran (amalgamasi)
h.      Adanya musuh bersama diluar
i.        Makin pesatnya komunikasi dan transportasi antar daerah

3.      Proses Integrasi
Integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah keseimbangan yang dinamis. Proses integrasi tidak bisa terjadi begitu saja. Integrasi merupakan proses panjang dalam waktu lama. Terjadinya proses integrasi suatu bangsa harus dilandasi suatu cita-cita atau tujuan yang sama.
Dalam konteks bangsa Indonesia, integrasi harus berjalan alamiah. Maksudnya, integrasi harus berjalan sesuai keanekaragaman budaya bangsa dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peranan politik etnik tertentu. Proses integrasi dilakukan melalui fase sosial dan politik. Ogburm dan Nimkoff berpendapat bahwa integrasi melalui sebuah proses seperti bagan berikut ini:
Oval: Asimilasi Oval: AkomodasiOval: Kerjasama 		Oval: koordinasi           

Jika diperhatikan proses-proses tersebut dapat juga berfungsi untuk meredakan dan mengendalikan konflik.
1.      Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses kearah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh pihak yang terlibat konflik. Akomodasi terjadi pada orang-orang atau kelompok yang mau tidak mau harus bekerja sama walaupun dalam kenyatannya mereka berbeda paham. Tanpa akomodasi dan kesediaan akomodasi, pihak yang terlibat konflik tidak akan mungkin bekerja sama untuk selama-lamanya. Jadi, dengan adanya akomodasi integrasi dapat terwujud.
2.      Kerja Sama
Kerja sama merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman. Kerjasama dapat dijumpai dalam masyarakat manapun, baik pada kelompok kecil maupun besar.
3.      Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik, yaitu pihak yang menang terhadap pihak yang kalah. Misalnya, saat pemilihan ketua partai politik. Dalam pemilihan tersebut ada dua orang calon ketua. Setelah dilakukan pemungutan suara diperoleh satu calon ketua. Pemenang mengajak pihak yang kalah untuk bekerja sama demi keutuhan dan integrasi partai yang bersangkutan.
4.      Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorang atau kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.
Adapun cepat lambatnya proses integrasi sosial dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
No
Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Integrasi
Keterangan
1.
Homogenitas kelompok
Pada masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi akan lebih mudah dan cepat dicapai, begitu pula sebaliknya.
2.
Besar kecilnya kelompok
Semakin kecil suatu kelompok maka tingkat kemajemukannya pun semakin rendah, sehingga proses integrasi akan lebih mudah dan cepat tercapai begitu pula sebaliknya.
3.
Mobilitas geografis
Semakin tinggi tingkat mobilitas seseorang akan semakin sulit untuk beradaptasi dan melakukan integrasi sosial, sementara itu pada masyarakat yang tingkat mobilitasnya rendah maka integrasi sosial akan lebih mudah dan  cepat terjadi.
4.
Efektivitas komunikasi
Semakin efektif komunikasi sosial antar anggota masyarakat berlangsung, maka akan semakin cepat dan mudah integrasi sosial tercipta.

    (Noviana rahmawati, dkk.[tt]: 51-52)



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sesuai dengan pemecahan masalah diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Munculnya konflik sosial disebabkan oleh adanya faktor-faktor dan sebab tertentu yang diantaranya
a.       Perbedaan individu
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan
c.       Perbedaan kepentingan
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat
2.      Dampak terhadap terjadinya konflik
a.       Dampak negatif
1)      Goyang dan retaknya persatuan kelompok
2)      Menimbulkan dampak psikologis yang negatif
3)      Mematikan semangat kompetisi dalam masyarakat
4)      Hancurnya harta, benda dan korban manusia
5)      Munculnya akomodasi, dominasi dan takhluknya salah satu pihak
b.      Dampak Positif
1)      Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in group  suatu kelompok
2)      Memudahkan kepribadian individu



 
 
3.      Penyelesaian konflik
Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan akomodasi, diantaranya:
a.       Arbitrasi (Arbitration)
b.      Konsiliasi (Conciliation)
c.       Mediasi (Mediation)
d.      Kompromi (Compromisme)
e.       Koersi (Coercion)
f.       Toleransi (Tolerance)
g.      Statemat
h.      Ajudikasi (Adjudication)
i.        Konvertion
j.        Displacement
4.      Integrasi sebagai media pencegah konflik
a.       Hakikat integrasi sosial
Integrasi merupakan proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
b.      Faktor-faktor Pendorong Integrasi
1)      Adanya rasa toleransi, saling menghormati, dan tenggang rasa
2)      Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi bagi kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda
3)      Sikap saling menghargai orang lain beserta kebudayaannya
4)      Meningkatnya solidaritas sosial yang dipengaruhi intensifnya kerja sama kelompok dalam masyarakat menghadapi kejadian bersama
5)      Fungsi pemerintahan yang makin berjalan baik dan bijaksana
6)      Persamaan unsur-unsur kebudayaan
7)      Perkawinan campuran (amalgamasi)
8)      Adanya musuh bersama diluar
9)      Makin pesatnya komunikasi dan transportasi antar daerah
c.       Proses Integrasi
1)      Akomodasi
2)      Kerja sama
3)      Koordinasi
4)      Asimilasi
d.      Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya integrasi
1)      Homogenitas kelompok
2)      Besar kecilnya kelompok
3)      Mobilitas geografis
4)      Efektivitas komunikasi

B.     Saran-Saran
1.      Kita sebagai makhluk sosial hendaknya selalu menjunjung tinggi asas perdamaian
2.      Jadikan konflik dan persaingan sebagai sarana perubahan sosial

C.    Penutup
Alkhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyusun karya tulis berjudul “KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT” dengan baik.
Namun penulis menyadari bahwa karya tulis yang penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan disana sini. Untuk itu apabila ada kekurangan penulis senantiasa mengharap kritik dan saran dari segenap pembaca. Dan penulis hanya bisa berdo’a semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Amien.











 DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, 2009. Sosiologi 2 Kelas XI SMA dan MA Surabaya: PT JePe Press Media Utama.

Fahrudin Muh, dkk. Sosiologi SMA Kelas XI. Surakarta: Citra Pustaka.

Rahmawati Noviana, dkk. Sosiologi SMA / MA Kelas XI. Klaten: Pakarindo.

Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi 2 Kelas XI SMA. Jakarta : Yudistira.

























Artinya:
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah alloh; jika golongan itu tidak kembali (kepada perintah alloh), maka damaika lah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya alloh menyukai orang-orang yang berlaku adil.
(QS.Al Hujurat: 9)

Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai. (QS. Ali Imron: 103)


Artinya:
Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawaroh antara mereka.
(QS. As-Syuro: 38)